BAB
III
TINJAUAN
KASUS
3.1 Identitas
Nama : An. R
Umur :
17 Tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Alamat :
Perum. Griya Hangtuah permai
Suku :
padang
Agama :
Islam
Status perkawinan : Belum kawin
Pendidikan : SLTA
Nomor Register : 00-57-77
Diagnosa medis : Multiple VE+VL
Tanggal masuk : 24 November
2012
Tanggal pengkajian : 25 November 2012
3.2
penanggung jawab
Nama : Tn. M
Umur : 40 Thn
Pendidikan : SLTA
Pekerjaan : Swasta
Alamat :
Perum. Griya Hangtuah permai
Hubungan
dengan klien : Anak kandung
3.3
Alasan masuk
Pasien baru masuk dengan keluhan post KLL dari
sepeda motor, lengan sebelah kiri sulit digerakkan, mual (-) pingsan (-) pasien
ingat kejadian luka lecet di kaki sebelah kiri. Fraktur clavikula kiri 1/3
tengah tertutup.
3.4
Pemeriksaan fisik
4.1 Tanda vital
TD : 130/70 mmHg
N
: 84 x/menit
RR
: 22 x/menit
4.2 Antropometri
BB
: 65 kg
TB
: 165 cm
4.3 Pemeriksaan fisik
Kepala : tidak ada gangguan yaitu, normo
Cephalic, simetris, tidak adapenonjolan.
Mata : tidak ada gangguan seperti konjungtiva
tidak anemis
Hidung : tidak ada deformitas
Telinga : tes bisik atau weber masih dalam
keadaan normal
Mulut : tak ada pembesaran tonsil
Leher : tidak ada gangguan yaitu
simetris
Paru :
pernafasan meningkat, pergerakan sama
Jantung
: tidak tampak iktus jantung
Abdomen
: bentuk datar, simetris, tidak ada
hernia
Genetalia
: tak ada hernia, tak ada
pembesaran
lymphe
3.5
Psikososial
Pasien
akan merasakan cemas yang diakibatkan oleh rasa nyeri faktur, perubahan gaya
hidup, kehilangan peran baik Dalam keluarga maupun masyarakat, dampak dari
hospitalisasi rawat inap dan harus beradaptasi dengan lingkungan baru serta
takutnya terjadi kecacatan pada dirinya.
3.6
Status Mental
Pasien
akan kehilangan perannya dalam keluarga dan masyarakat karena harus menjalani
perawatan yang waktunya tidak akan sebentar dan juga perasaan akan
ketidakmampuan dalam melakukan kegiatan kebutuhannya sendiri seperti biasanya.
3.7
kebutuhan persiapan pulang
Perencanaan pemulangan pasien membutuhkan
identifikasi kebutuhan spesifik klien. Kelompok perawat berfokus pada kebutuhan
rencana pengajaran yang baik untuk persiapan pulang klien, yang disingkat
dengan METHOD, yaitu:
7.1
obat
Pasien
sebaiknya mengetahui obat yang harus dilanjutkan setelah pulang.
7.2 Lingkungan
Lingkungan
tempat klien akan pulang dari rumah sakit sebaiknya aman. Pasien juga sebaiknya
memiliki fasilitas pelayanan yang dibutuhkan untuk kontinuitas perawatannya.
7.3 Pengobatan
Perawat
harus memastikan bahwa pengobatan dapat berlanjut setelah klien pulang, yang
dilakukan oleh klien atau anggota keluarga. Jika hal ini tidak memungkinkan,
perencanaan harus dibuat sehingga seseorang dapat berkunjung ke rumah untuk
memberikan keterampilan perawatan.
7.4
pengajaran kesehatan
Klien
yang akan pulang sebaiknya diberitahu bagaimana mempertahankan kesehatan.
Termasuk tanda dan gejala yang mengindikasikan kebutuhan pearwatan kesehatan
tambahan.
7.5 Outpatient referral
Klien
sebaiknya mengenal pelayanan dari rumah sakit atau agen komunitas lain yang
dapat meningkatan perawatan yang kontinu.
7.6 Diet
7.6 Diet
Klien
sebaiknya diberitahu tentang pembatasan pada dietnya. Ia sebaiknya mampu
memilih diet yang sesuai untuk dirinya.
3.8
Masalah psikosial dan lingkungan
8.1 Masalah
dengan dukungan kelompok : pasien sebelum
kecelakaan
ada konflik dengan teman sekolahnya.
8.3 Masalah
dengan pendidikan : tidak
ada
8.4 Masalah
dengan pekerjaan : tidak ada
8.5 Masalah dengan rumah : tidak ada
8.6 Masalah ekonomi :
tidak ada
8.7 Masalah
dengan pelayanan kesehatan : tidak ada
8.8 Maslah lainnya :
tidak ada
Masalah keperawtan :Dapat disumpulkan bahwa An. R ini hanya
ada konflik dengan teman sekolahnya.
3.9
Pengetahuan tentang fraktur
Pasien
mengatakan kurang paham dan bingung dengan penyakitnya dan tindakan yang
mengharuskan pasien tidur tanpa kasur. Keluarga sempat protes terhadap perlakuan
terhadap pasien yang terbaring tanpa kasur.
3.10
Hasil laboraturium
Parameter
|
Hasil
|
Satuan
|
Nilai normal
|
Leukosit
|
22,7
|
/
|
4-11
|
Hemoglobin
|
10
|
g/dl
|
11,5-16,5
|
Hematocrit
|
38,0
|
%
|
37-47
|
Leukosit
|
100
|
/
|
150-450
|
3.11
Analisa data
Data yang
telah dikumpulkan kemudian dikelompokkan dan dianalisa untuk menemukan masalah
kesehatan pasien. Untuk mengelompokkannya dibagi menjadi dua data, yaitu: data
subyektif dan data obyektif, kemudian ditentukan masalah keperawatan yang
timbul.
3.12
Pohon masalah
3.13
Diagnosa keperawatan
Diagnosa
keperawatan adalah suatu penyatuan dari masalah pasien yang nyata maupun
potensial berdasarkan data yang telah dikumpulkan. Diagnosa keperawatan yang
muncul pada pasien dengan post op fraktur rmeliputi:
13.1 Nyeri
berhubungan dengan terputusnya jaringan tulang,
gerakan fragmen tulang, edema dan cedera pada jaringan
13.2
Intoleransi aktivitas berhubungan dengan dispnea,
kelemahan/keletihan,
ketidak kuatan oksigenasi, ansietas, dan gangguan pola tidur.
13.3
Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan tekanan,
perubahan status metabolik, kerusakan sirkulasi dan
penurunan sensasi dibuktikan oleh terdapat luka /
ulserasi, kelemahan, penurunan berat badan, turgor
kulit
buruk, terdapat jaringan nekrotik.
13.4 Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri
atau
ketidak
nyamanan, kerusakan muskuloskletal, terapi
pembatasan
aktivitas, dan penurunan kekuatan/tahanan.
13.5 Risiko infeksi berhubungan dengan stasis cairan tubuh,
13.5 Risiko infeksi berhubungan dengan stasis cairan tubuh,
respons
inflamasi tertekan, prosedur invasif dan jalur
penusukkan,
luka/kerusakan kulit, insisi pembedahan.
13.6 Kurang pengetahuan tantang kondisi, prognosis dan
kebutuhan
pengobatan berhubungan dengan
keterbatasan
kognitif, kurang terpajan/mengingat, salah
interpretasi
informasi.
3.14
Rencana keperawatan
NO
DX
|
DIAGNOSA KEPERAWATAN
|
TUJUAN & KRITERIA HASIL
|
RENCANA INTERVENSI
|
RASIONAL
|
1
|
Nyeri akut berhubungan dengan Terputusnya kontinuitas
jaringan tulang.ditandai dengan
DS :
-
Pada waktu didata klien mengatakan nyeri pada saat pasien bergerak & diam
dengan kualitas nyeri terasa ditusuk-tusuk, pasien mengatakan bagian
belakangnya (lumbalis) terasa nyeri dengan skala 4-6 (sedang), dan nyeri nya
terjadi secara terus menerus sehingga membuat klien sulit untuk tidur.
DO :
- pasien
tampak meringis saat bergerak dan diam, dan saat di tekan tulang belakangnya,
-
tekanan darah 100/60 mmHg dengan frekuensi nadi 89x/ menit dan
frekuensi pernapasan 23x/menit sedangkan suhu tubuhnya 36,3c
-
Ada reaksi penolakan saat di tekan pada tulang belakang
|
Nyeri akut dapat
berkurang setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam dengan
kriteria hasil:
Ds:
-
pasien mengatakan nyerinya sudah berkurang
skala (1-3)
Dopasien
tidak meringis kesakitan lagi
-
TTV dalam batas normal
TD: 120/ 80 mmHg
N: 80x/ menit
RR: 20x/ menit
S: 36,5 C
|
1.
Kaji nyeri yang dialami pasien
2.
kaji faktor yang menurunkan toleransi nyeri
3.
kurangi atau hilangkan faktor yang meningkatkan nyeri
4.
Pantau tanda- tanda vital
5.
Ajarkan tekhnik distraksi dan relaksasi
6.
Berikan obat Analgetik ketorolac
|
1. perubahan
nyeri pada pasien akan menetukan rencana lebih lanjut
2.
ketakutan,keletihan,ketidaktahuan,monoton,dan ketidakpercayaan orang lain
sering menyebabkan penurunan toleransi terhadap nyeri,sehingga persepsi
terhadap nyeri akan meningkat
3.
ketakutan,keletihan,ketidaktahuan,monoton,dan ketidakpercayaan orang lain
merupakan faktor yang dapat meningkatkan persepsi nyeri
4.
Peningktan tanda-tanda vital seperti tekanan darah, nadi menandakan
peningkatan nyeri
5.
relaksasi dan distraksi merupakan metode nonfarmakologis yang mengubah
proses fikir terhadap nyeri
6.
Analgetik berfungsi dalam menghambat impuls nyeri
|
2
|
Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan fraktur
lumbalis di tandai dengan :
DS :
-
Klien mengatakan hanya terbaring
-
Klien mengatakan aktivitasnya dibantu perawat dan keluarga
DO :
-
Klien terlihat lemah
-
Kaki kanan klien tidak dapat di gerakkan
-
Kebutuhan klien di bantu oleh keluarga dan perawat
-
Klien hanya beraktifitas di tempat tidur dan itu pun hanya berbaring
-
Kekuatan otot
5 4
0 5
|
Hambatan mobilitas fisik teratasi
setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x 24 jam dengan kriteria
hasil:
DS
-
Klien mengatakan bertambahnya kekuatan dan daya tahan ekstremitas
DO:
-
Klien mampu melakukan aktivitas secara bertahap sesuai toleransi
|
1.
Kaji pola aktifitas klien
2.
Tingkatkan mobilitas ekstremitas atau Latih rentang pergerakan sendi pasif
3.
Posisikan tubuh sejajar untuk mencegah komplikasi
4.
Anjurkan keluarga untuk memandikan klien dengan air hangat.
5.
Awasi seluruh upaya mobilitas dan bantu pasien jika di perlukan.
6.
Inspeksi kulit terutama yang bersentuhan dengan tempat tidur
|
1.
Dengan mengetahui pola aktifitas klien maka akan mengetahui seberapa mampu
klien untuk beraktifitas.
2.
Mobilitas rentang gerak yang optimal Mencegah kekakuan pada sendi klien
3.
Mempermudah pasien untuk memenuhi kebutuhannya secara mandiri
4.
Air hangat akan memperlancar sirkulasi sehingga mencegah iskemi
5.
Mengawasi aktifitas klien agar klien tidak melakukan aktifitas yang dapat
memperparah keadaannya.
6.
Kemerahan dan teraba panas pada kulit menandakan area tesebut mengalami
tekanan yang dapat menjadi dekubitus
|
3
|
Inkontinensia defekasi b/d
Kerusakan saraf motorik bawah yg
ditandai dengan
Ds:
-
Klien mengatakan tidak bisa mengatur BAB nya
-
Klien mengatakan pada saat BAB tinjanya keluar sendiri tanpa ada rasa
mengeluarkanya.
-
Klien mengatakan dirinya tidak menyadari pada saat BAB.
Do:
-
Terlihat klien BAB dicelana dan klien tidak menyadarinya,
-
pada tulang belakang daerah lumbalis tampak bengkok atau terjadi deformitas
kearah luar pada lumbalis 4-5, terdapat pula massa atau benjolan, kemerahan.
-
Klien mengalami kelumpuhan di bagian ekstremitas bawah.
-
Klien tidak menyadari bahwa dirinya BAB
|
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 3x24 jam gangguan pola eliminasi (BAB) dapat ditoleransi
klien dengan kriteria hasil
Ds:
-
Klien memberi tahu perawat atau keluarga kalau sedang BAB
Do
Pampers
atau celana klien diganti apabila klien BAB
|
1.Kaji adanya gangguan pola
eliminasi (BAB)
2.observasi adanya feses di
pampers klien
3.Anjurkan kepada klien untuk
memberi tahu perawat atau keluarga kalau terasa BAB
4.Anjurkan kepada keluarga untuk
sering mengawasi klien
5.Jelaskan kepada klien tentang
adanya gangguan pola eliminasi
|
1.
Gangguan pola eliminasi BAB biasanya ditandai dengan ketidak tahuan klien
kalau dirinya sedang BAB
2.
feses yang terlalu lama di pampers atau pengalas klien akan meningkatkan
resiko lesi
3.
Agar perawat atau keluarga mengetahui dan segera mengganti pempers atau
celana klien
4.
Agar bisa mengontrol adanya peses yang tidak disadari klien
5.
Agar klien dan keluarga mengetahui tentang adanya gangguan pola eliminasi yang
dialami klien
|
4
|
Defisit perawatan diri;mandi di
tandai dengan:
DS :
-
Klien mengatakan sudah 2 hari belum mandi
-
Klien mengatakan susah untuk mandi
DO :
-
Badan, kaki, tangan klien tampak kotor
Klien tampak lemah
|
Deficit perawatan diri mandi
teratasi setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x30 menit dengan
kriteria hasil:
DS:
-
Klien mengatakan sudah mandi
-
Klien mengatakan badannya terasa segar
DO:
Klien sudah tampak bersih
|
1.
Kaji keadaan umm klien
2.
Kaji pola kebersihan klien
3.
Lakukan personal hygiene (mandi) pada klien
4.
Libatkan keluarga pada saat memandikan
|
1.
Keadaan lemah mempengaruhi terhadap pemenuhan perawatan diri
2.
Perubahan pola pemenuhan kebersihan diri sering terjadi saat hospitalisasi
3.
Agar klien tampak bersih dan segar
4.
Agar keluarga juga mengerti cara memandikan pasien yang benar
|
5
|
Defisiensi
pengetahuan
berhubungan
dengan Kurang terpajannya informasi ditandai dengan:
DS :
-
Klien mengatakan kurang faham dengan tindakan yang dilakukan terhadap dirinya
yang harus terbaring tanpa kasur
-
Keluarga bertanya, “mengapa klien harus terbaring tanpa kasur
-
DO
:
-
Klien & keluarga tampak bingung dengan kondisi klien yang terbaring tanpa
kasur
|
Pengetahuan
klien bertambah setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x 30 menit
dengan kriteria hasil:
DS:
-
Klien mengatakan sudah faham dengan tindakan yang dillakukan terhadap dirinya
DO:
-
Klien dan keluarga sudah tampak tidak bingung lagi
|
1.
Kaji tingkat pengetahuan klien
2.
Kaji latar belakang pendidikan klien
3.
Berikan penkes kepada klien dan keluarga tentang penyakit,proses pengobatan
dan diit makanan yang dapat mempercepat penyembuhan
4.
Berikan kesempatan klien untuk bertanya
5.
Evaluasi dari apa yang telah disampaikan
|
1.
Dengan mengetahui tingkat pengetahuan klien maka akan lebih mudah untuk
menentukan cara yang tepat untuk penyampaian informasi
2.
Tingkat pendidikan mempengaruhi mempengaruhi pengetahuan klien
3.
Meningkatkan pengetahuan klien tentang pemahaman penyakit yang di alaminya.
4.
Untuk memperjelas apa yang belum dimengerti kliean dan keluarga
5.
Untuk mengetahui tngkat pemahaman klien tentang apa yang telah disampaikan
|
3.15
Implementasi keperawatan
komponen
implementasi dalam proses keperawatan mencakup penerapan ketrampilan yang
diperlukan untuk mengimplentasikan intervensi keperawatan. Ketrempilan dan
pengetahuan yang diperlukan untuk implementasi biasanya berfokus pada:
15.1
melakukan aktivitas untuk pasien. Melakukan pengkajian
keperawatan
untuk mengidentifikasi masalah baru atau
memantau
status masalah yang telah ada.
15.2
Memberikan pendidikan kesehatan untuk membantu
klien
mendapatkan pengetahuan yang baru tentang
kesehatannya
atau penatalaksanaan gangguan.
15.3
Membantu klien membuat keptusan tentang layanan
kesehatannya
sendiri.
15.4
Berkonsultasi dan membuat rujukan pada profesi
kesehatan
lainnya utuk mendapatkan pengarahan
15.5 Memberi tindakan yang spesifik untuk menghilangkan
15.5 Memberi tindakan yang spesifik untuk menghilangkan
mengurangi, atau
menyelesaikan masalah kesehatan.
15.6 Membantu klien melakukan aktivitasnya sendiri
15.7 Membantu klien mengidentifikasi risiko atau masalah
15.6 Membantu klien melakukan aktivitasnya sendiri
15.7 Membantu klien mengidentifikasi risiko atau masalah
dan menggali pilihan yang tersedia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar