BAB
II
TINJAUAN
TEORI
2.1
Pengertian pengetahuan menurut
Notoatmojo
Pengetahuan adalah hasil tahu dari manusia yang
sekedar menjawab pertanyaan apa. Apabila pengetahuan mempunyai sasaran
tertentu, mempunyaimetode atau pendekatan untuk mengkaji obyek tersebut
sehingga memperoleh hasil yang dapat disusun secara sistematis dan diakui
secara umum, maka terbentuklah disiplin ilmu. Tingkatan pengetahuan menurut
Notoatmodjo (2007), yaitu :
1.1 Tahu
Kemampuan
mengingat kembali sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau
rangsangan yang telah diterima.
1.2 Memahami
Kemampuan
untuk memperjelas obyek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan materi
tersebut secara benar.
1.3 Aplikasi
Kemampuan
untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi dan kondisi yang
sebenarnya.
1.4 Analisis
Kemampuan
menjabarkan materi atau suatu obyek kedalam komponen-komponentetapi masih dalam
stuktur organisasi tersebut.
1.5 Sintesis
Kemampuan
menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru untuk
menyusun suatu formulasi-formulasi. Faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat
pengetahuan seseorang menurut Notoadmodjo (2007), meliputi:
5.1.1
Pendidikan.
Merupakan
upaya untuk memberikan pengetahuan
sehingga
terjadi perubahan.
5.1.2
Pengalaman.
Sesuatu yang pernah dialami seseorang akan menambah
pengetahuan tentang sesuatu yang bersifat nonformal.
5.1.3 Informasi.
Orang yang memiliki sumber informasi yang lebih banyak
akan memiliki pengetahuan yang lebih luas pula. Salah satu sumber informasi
yang berperan penting bagi pengetahuan adalah media masa.
5.1.4
Lingkungan budaya
Dalam hal ini faktor keturunan dan bagaimana orang
tua mendidik sejak kecil mendasari pengetahuan yang dimiliki oleh remaja dalam
berfikir selama jenjang hidupnya.
5.1.5
Sosial ekonomi.
Tingkat sosial ekonomi yang rendah menyebabkan
keterbatasan biaya untuk menempuh pendidikan, sehingga pengetahuannya pun
rendah
.
2.2
Pengertiaan sikap menurut Sarwono
Sikap adalah kesediaan untuk bereaksi secara
positif atau secara negatif terhadap obyek – obyek tertentu. D.Krech dan
R.S Crutchfield berpendapat bahwa sikap sebagai organisasi yang bersifat
menetap dari proses motivasional, emosional, perseptual, dan kognitif mengenai
aspek dunia individu. faktor yang mempengaruhi pembentukan sikap adalah:
2.1 Pengalaman pribadi.
Untuk dapat menjadi dasar pembentukan sikap,
pengalaman pribadi harus meninggalkan kesan yang kuat. Karena itu, sikap akan
lebih mudah terbentuk apabila pengalaman pribadi tersebut melibatkan faktor
emosional. Dalam situasi yang melibatkan emosi, penghayatan akan pengalaman
akan lebih mendalam dan lebih lama berbekas.
2.2 Kebudayaan.
B.F. Skinner (dalam, Azwar 2005) menekankan pengaruh
lingkungan (termasuk kebudayaan) dalam membentuk kepribadian seseorang.
Kepribadian tidak lain daripada pola perilaku yang konsisten yang menggambarkan
sejarah reinforcement (penguatan, ganjaran) yang dimiliki. Pola reinforcement
dari masyarakat untuk sikap dan perilaku tersebut, bukan untuk sikap dan
perilaku yang lain.
2.3 Orang lain yang dianggap penting
Pada umumnya, individu bersikap konformis atau
searah dengan sikap orang orang yang dianggapnya penting. Kecenderungan ini
antara lain dimotivasi oleh keinginan untuk berafiliasi dan keinginan untuk
menghindari konflik dengan orang yang dianggap penting tersebut.
2.4
Media massa.
Sebagai sarana komunikasi, berbagai media massa
seperti televisi, radio, mempunyai pengaruh besar dalam pembentukan opini
kepercayaan orang. Adanya informasi baru mengenai sesuatu hal memberikan landasan
kognitif baru bagi terbentuknya sikap terhadap hal tersebut. Pesan-pesan
sugestif yang dibawa informasi tersebut, apabila cukup kuat, akan memberi dasar
afektif dalam mempersepsikan
dan menilai sesuatu hal sehingga terbentuklah arah sikap tertentu.
2.5 Institusi Pendidikan dan Agama.
Sebagai suatu sistem, institusi pendidikan dan agama
mempunyai pengaruh kuat dalam pembentukan sikap dikarenakan keduanya meletakkan
dasar pengertian dan konsep moral dalam diri individu. Pemahaman akan baik dan
buruk, garis pemisah antara sesuatu yang boleh dan tidak boleh dilakukan,
diperoleh dari pendidikan dan dari pusat keagamaan serta ajaran-ajarannya.
2.6
Faktor emosi
dalam diri.
Tidak semua bentuk sikap ditentukan oleh situasi
lingkungan dan pengalaman pribadi seseorang. Kadang-kadang, suatu bentuk sikap
merupakan pernyataan yang didasari oleh emosi yang berfungsi sebagai semacam
penyaluran frustasi atau pengalihan bentuk mekanisme pertahanan ego. Sikap
demikian bersifat sementara dan segera berlalu begitu frustasi telah hilang
akan tetapi dapat pula merupakan sikap yang lebih persisten dan lebih tahan
lama. contohnya bentuk sikap yang didasari oleh faktor emosional adalah
prasangka.
2.3
Pengertian fraktur tulang
Pengertian
fraktur adalah suatu diskontinuitas
susunan tulang yang disebabkan karena trauma atau keadaan patologis, suatu
patahan pada kontinuitas struktur tulang.
Cruris berasal
dari bahasa latin crus atau cruca yang
berarti tungkai bawahyang terdiri dari tulang tibia
dan fibula(Ahmad Ramali, 1987). 1/3 distal adalahsuatu benda yang dibagi
menjadi tiga dan diambil bagian yang paling bawah.
Adapun permasalahan yang akan timbul
baik kapasitas fisik berupa:adanya nyeri pada tungkai kanan, adanya odem pada
ankle kanan, penurunanlingkup gerak sendi, penurunan kekuatan otot tungkai kiri
serta masalahkemampuan fungsional. Untuk mengetahui seberapa besar permasalahan
yangtimbul perlu dilakukan pemeriksaan, misalnya untuk nyeri dengan VDS,
oedemdengan antropometri, penurunan lingkup gerak sendi dengan
goneometer,kekuatan otot dengan MMT dan pemeriksaan kemampuan fungsional
denganindeks barthel. Dalam mengatasi permasalahan tersebut modalitas terapi
latihandapat diperoleh adanya pengurangan nyeri, peningkatan lingkup gerak
sendi,penurunan oedem, peningkatan kekuatan otot serta berkurangnya gangguan
untuk aktivitas fungsional.
Fraktur atau patah tulang adalah keadaan dimana
hubungan atau kesatuan jaringan tulang terputus. Tulang mempunyai daya lentur
(elastisitas) dengan kekuatan yang memadai, apabila trauma melebihi dari daya
lentur tersebut maka terjadi fraktur (patah tulang). Penyebab terjadinya
fraktur adalah trauma, stres kronis dan berulang maupun pelunakan tulang yang
abnormal. Fraktur adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang yang umumnya
disebabkan oleh rudapaksa menurut Linda
Juall C (1999) Fraktur adalah rusaknya kontinuitas tulang yang disebabkan
tekanan eksternal yang dating lebih besar dari yang dapatdiserap oleh tulang.
Patah tulang merupakan suatu kondisi di mana tulang
mengalami keretakan. Umumnya disertai dengan cedera pada jaringan di
sekitarnya. Patah tulang disebut juga fraktur yang biasanya terjadi akibat terjadinya
cedera, seperti kecelakaan, jatuh, atau cedera olah raga.
Sebuah studi
menyebutkan bahwa 10% kasus patah tulang belakang terjadi pada segmen thorakal,
4% pada segmen thorako-lumbal, dan 3% pada lumbal yang disertai dengan
kerusakan neurologis. Tingkat insiden medulla spinalis di Amerika Serikat
diperkirakan mencapai lebih kurang 30 hingga 32 kasus setiap satu juta penduduk
atau 3000 hingga 9000 kasus baru tiap tahunnya. Ini tidak termasuk orang yang
meninggal dalam 24 jam setelah cedera. Prevalensi diperkirakan mencapai 700
hingga 900 kasus tiap satu juta penduduk (200.000hingga 250.000 orang).
Enam puluh persen yang
cedera berusia antara 16 sampai 30 tahun dan 80% berusia antara 16 sampai 45
tahun. Laki-laki mengalami cedera empat kali lebih banyak daripada perempuan.
Faktor etiologi yang paling sering adalah kecelakaan kendaraan bermotor (45%),
terjatuh (21,5%), luka tembak atau kekerasan (15,4%), dan kecelakaan olah raga,
biasanya menyelam (13,4%). Lebih kurang 53% dari cedera itu adalah kuadriplegi.
Tingkat neurologi yang paling sering adalah C4, C5, dan C6 pada spina
servikalis, dan T- 12 atau L-1 pada sambungan torakolumbalis. (Ardiatmi, 2008,)
2.4
Penyebab
Fraktur Tulang
Sebagian besar patah tulang merupakan akibat dari
cedera, seperti kecelakan mobil, olah raga atau karena jatuh. Patah tulang
terjadi jika tenaga yang melawan tulang lebih besar daripada kekuatan tulang.
2.5
Gejala
fraktur tulang
Rasa nyeri biasanya merupakan gejala yang sangat
nyata.
Nyeri bisa sangat hebat dan biasanya makin lama makin memburuk, apalagi jika
tulang yang terkena digerakkan. Menyentuh daerah di sekitar patah tulang juga
bisa menimbulkan nyeri.
Alat gerak tidak dapat berfungsi sebagaimana
mestinya, sehingga penderita tidak dapat menggerakkan lengannya, berdiri diatas
satu tungkai atau menggenggam dengan tangannya.
Darah bisa merembes dari tulang yang patah (kadang
dalam jumlah yang cukup banyak) dan masuk kedalam jaringan di sekitarnya atau
keluar dari luka akibat cedera.
2.6
Diagnosa
fraktur tulang
Foto rontgen biasanya bisa menunjukkan adanya patah
tulang.Kadang perlu dilakukan CT scan atau MRI untuk bisa melihat dengan lebih
jelas daerah yang mengalami kerusakan.Jika tulang mulai membaik, foto rontgen
juga digunakan untuk memantau penyembuhan.
2.7 Etiologi
Menurut
Apley dan Salomon (1995), tulang bersifat relative rapuh namun cukup mempunyai
kekuatan gaya pegas untuk menahan tekanan. Fraktur dapat disebabkan oleh Cedera
dan benturan seperti pukulan langsung, gaya meremuk, gerakan puntir mendadak,
kontraksi otot ekstrim. Letih karena otot tidak dapat mengabsorbsi energi
seperti berjalan kaki terlalu jauh. Kelemahan tulang akibat penyakit kanker
atau osteoporosis pada fraktur patologis.
2.8 Patofisiologis
8.1
Fraktur
komplit adalah patah pada seluruh garis tengah
tulang dan biasanya mengalami
pergeseran
8.2
Fraktur
inkomplit, patah hanya terjadi pada sebagian dari
garis tengah tulang.
8.3
Fraktur
tertutup (fraktur simple), tidak menyebabkan robekan kulit.
8.4
Fraktur
terbuka (fraktur komplikata/kompleks), merupakan fraktur dengan luka pada kulit
atau membrana mukosa sampai ke patahan tulang.
2.9
Manifestasi
klinis
Nyeri
terus menerus dan bertambah beratnya sampai fragmen tulang
diimobilisasi. Spasme otot yang menyertai fraktur merupakan bentuk bidai
alamiah yang dirancang untuk meminimalkan gerakan antar fragmen tulang.
Deformitas
dapat disebabkan pergeseran fragmen pada fraktur lengan dan eksremitas.
Deformitas dapat di ketahui dengan membandingkan dengan ekstremitas normal.
Ekstremitas tidak dapat berfungsi dengan baik karena fungsi normal otot
bergantung pada integritas tulang tempat melengketnya obat.
Pemendekan
tulang, karena kontraksi otot yang melekat diatas dan dibawah tempat
fraktur. Fragmen sering saling melingkupi satu sama lain sampai 2,5 sampai 5,5
cm.
Krepitasi
yaitu pada saat ekstremitas diperiksa dengan tangan, teraba adanya derik
tulang. Krepitasi yang teraba akibat gesekan antar fragmen satu dengan lainnya.
Pembengkakan dan perubahan warna lokal pada kulit terjadi akibat trauma dan
perdarahan yang mengikuti fraktur. Tanda ini baru terjadi setelah beberapa jam
atau beberapa hari setelah cedera.
2.10
Penyembuhan fraktur tulang
Bila
sebuah tulang patah, maka jaringan lunak sekitarnya juga rusak, periosteum
terpisah dari tulang dan terjadi perdarahan yang cukup berat. Bekuan darah
terbentuk pada daerah tersebut. Bekuan akan membentuk jaringan granulasi,
dimana sel-sel pembentuk tulang premitif (osteogenik) berdeferensiasi menjadi
kondroblas dan osteoblas. Kondroblas akan mensekresi fosfat yang akan
merangsang deposisi kalsium.
Terbentuk
lapisan tebal (kalus disekitar lokasi fraktur. Lapisan ini terus menebal dan
meluas, bertemu dengan lapian kalus dari fragmen yang satunya dan menyatu. Fusi
dari kedua fragmen terus berlanjut dengan terbentuknya trabekula oleh
osteoblas, yang melekat pada tulang dan meluas menyebrangi lokasi fraktur.
Persatuan
(union) tulang provisional ini akan menjalani transformasi metaplastik untuk
menjadi lebih kuat dan lebih terorganisasi. Kalus tulang akan mengalami
re-modelling dimana osteoblas akan membentuk tulang baru sementara osteoklas
akan menyingkirkan bagian yanng rusak sehingga akhirnya akan terbentuk tulang
yang menyerupai keadaan tulang aslinya.
2.11
Pemeriksaan penunjang fraktrur
11.1 Laboratorium
:
Pada
fraktur test laboratorium yang perlu diketahui : Hb, hematokrit sering rendah
akibat perdarahan, laju endap darah (LED) meningkat bila kerusakan jaringan
lunak sangat luas. Pada masa penyembuhan Ca dan P meengikat di dalam darah.
11.2 Radiologi
X-Ray
dapat dilihat gambaran fraktur, deformitas dan metalikment. Venogram/anterogram
menggambarkan arus vascularisasi. CT scan untuk mendeteksi struktur fraktur
yang kompleks.