Rabu, 28 November 2012

bab 1 makalah fraktur


BAB I
PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
Menurut Masjoer A,2005 Fraktur atau sering disebut patah tulang adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang dan atau tulang rawan yang penyebabnya dapat dikarenakan penyakit pengeroposan tulang diantaranya penyakit yang sering disebut osteoporosis, biasanya dialami pada usia dewasa. Dan dapat juga disebabkan karena kecelakaan yang tidak terduga.
Fraktur adalah terputusnya kontuinitas tulang yang ditentukan sesuaijenis dan luasnya, fraktur terjadi jika  tulang dikenai stress yang lebih besar dari yang dapat diabsorbsinya (Smelzter and Bare, 2002).
Menurut mansjoer, 2000 Fraktur atau patah tulang adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang atau tulang rawan yang umumnya disebabkan oleh ruda paksa.
Fraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang, kebanyakan fraktur
akibat dari trauma, beberapa fraktur sekunder terhadap proses penyakit seperti osteoporosis, yang menyebabkan fraktur yang patologis (Mansjoer, 2001).
Fraktur adalah setiap patah tulang, biasanya disebabkan oleh trauma
atau tenaga fisik Fraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang yang ditandai oleh rasa nyeri, pembengkakan, deformitas, gangguan fungsi, dan krepitasi (Doenges, 2000)
Menurut carpenito,2000 Fraktur adalah rusaknya kontinuitas tulang, yang diakibatkan oleh tekanan eksternal yang lebih besar dari yang dapat diserap oleh tulang.
Fraktur adalah suatu patahan pada kontinuitas struktur tulang. Patahan tadi mungkin taklebih dari suatu retakan, suatu pengisutan atau primpilan korteks; biasanya patahan lengkap dan fragmen tulang bergeser. Kalau kulit diatasnya masih utuh, keadaan ini disebut fraktur tetutup (atau sederhana) kalau kulit atau salah satu dari rongga tubuh tertembus keadaan ini disebut fraktur terbuka (atau compound) yang cendrung untuk mengalami kontaminasi dan infeksi (A,Graham,A & Louis, S, 2005).
Fraktur adalah patah tulang, biasanya disebabkan oleh trauma atau tenaga fisik kekuatan dan sudut dari tenaga tersebut, keadaan tulang itu sendiridan jaringan lunak disekitar tulang akan menentukan apakah fraktur yang terjadi itu lengkap atau tidak lengkap (Price, A dan L. Wilson, 2005)
Menurut anatominya, patella adalah tempurung lutut. Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa fraktur patella pextra merupakan suatu gangguan integritas tulang yang ditandai dengan rusaknya atau terputusnya kontinuitas jaringan tulang dikarenakan tekanan yang berlebihan yang terjadi pada tempurung lutut pada kaki kanan.
Fraktur adalah terputusnya kontuinitas tulang dan ditentukan sesuai jenis dan luasnya, fraktur terjadi jika tulang dikenai stress yang lebih besar dari yang dapat diabsorbsinya biasanya disebabkan oleh trauma atau tenaga fisik (Smelter & Bare, 2002).
Menurut Reeves C.J, Roux G & Lockhart R, 2001 Fraktur atau patah tulang adalah terputusnya kontinuitas tulang dan ditentukan sesuai jenis dan luasnya atau setiap retak atau patah pada tulang yang utuh.
Menurut Carpenito,2000 fraktur didefinisikan sebagai rusaknya kontinuitas tulang, yang diakibatkan oleh tekanan eksternal yang lebih besar dari yang dapat diserap oleh tulang. Bila Fraktur mengubah posisi tulang, struktur yang ada disekitarnya (otot, tendon, saraf dan pembuluh darah) juga mengalami kerusakan , cidera traumatic paling banyak menyebabkan Fraktur. Fraktur Patologis terjadi tanpa trauma pada tulang yang lemah karena demineralisasi yang berlebihan.
menurut Linda Juall C,1999 Fraktur adalah rusaknya kontinuitas tulang yang disebabkan tekanan eksternal yang dating lebih besar dari yang dapat diserap oleh tulang. Patah tulang merupakan suatu kondisi di mana tulang mengalami keretakan. Umumnya disertai dengan cedera pada jaringan di sekitarnya. Patah tulang disebut juga fraktur yang biasanya terjadi akibat terjadinya cedera, seperti kecelakaan, jatuh, atau cedera olah raga.


1.2  Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang permasalahan di atas maka rumusan masalah penelitian yang berjudul “Gambaran Pengetahuan Sikap Dan Tindakan Fraktur Tulang”

1.3  Tujuan
3.1 Tujuan Umum
Mengetahui gambaran pengetahuan sikap dan tindakan fraktura tulang
3.2 Tujuan Khusus
2.1.1  Mengetahui gambaran fraktura tulang
2.1.2  Mengetahui sikap dan tindakan fraktura tulang
2.1.3  Mengetahui bahaya fraktura tulang
2.1.4  Mengetahui akibat fraktura tulang

bab 2 makalah fraktur


BAB II
TINJAUAN TEORI
2.1    Pengertian pengetahuan menurut Notoatmojo
Pengetahuan adalah hasil tahu dari manusia yang sekedar menjawab pertanyaan apa. Apabila pengetahuan mempunyai sasaran tertentu, mempunyaimetode atau pendekatan untuk mengkaji obyek tersebut sehingga memperoleh hasil yang dapat disusun secara sistematis dan diakui secara umum, maka terbentuklah disiplin ilmu. Tingkatan pengetahuan menurut Notoatmodjo (2007), yaitu :
1.1  Tahu
Kemampuan mengingat kembali sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima.
1.2  Memahami
Kemampuan untuk memperjelas obyek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar.
1.3  Aplikasi
Kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi dan kondisi yang sebenarnya.
1.4  Analisis
Kemampuan menjabarkan materi atau suatu obyek kedalam komponen-komponentetapi masih dalam stuktur organisasi tersebut.
1.5  Sintesis
Kemampuan menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru untuk menyusun suatu formulasi-formulasi. Faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat pengetahuan seseorang menurut Notoadmodjo (2007), meliputi:
5.1.1 Pendidikan.
Merupakan upaya untuk memberikan pengetahuan
sehingga terjadi perubahan.
5.1.2 Pengalaman.
Sesuatu yang pernah dialami seseorang akan menambah pengetahuan tentang sesuatu yang bersifat nonformal.
5.1.3 Informasi.
Orang yang memiliki sumber informasi yang lebih banyak akan memiliki pengetahuan yang lebih luas pula. Salah satu sumber informasi yang berperan penting bagi pengetahuan adalah media masa.
5.1.4 Lingkungan budaya
Dalam hal ini faktor keturunan dan bagaimana orang tua mendidik sejak kecil mendasari pengetahuan yang dimiliki oleh remaja dalam berfikir selama jenjang hidupnya.


5.1.5 Sosial ekonomi.
Tingkat sosial ekonomi yang rendah menyebabkan keterbatasan biaya untuk menempuh pendidikan, sehingga pengetahuannya pun rendah
.
2.2   Pengertiaan sikap menurut Sarwono
Sikap adalah kesediaan untuk bereaksi secara positif atau secara negatif terhadap obyek – obyek tertentu. D.Krech dan R.S Crutchfield berpendapat bahwa sikap sebagai organisasi yang bersifat menetap dari proses motivasional, emosional, perseptual, dan kognitif mengenai aspek dunia individu. faktor yang mempengaruhi pembentukan sikap adalah:
2.1 Pengalaman pribadi.
Untuk dapat menjadi dasar pembentukan sikap, pengalaman pribadi harus meninggalkan kesan yang kuat. Karena itu, sikap akan lebih mudah terbentuk apabila pengalaman pribadi tersebut melibatkan faktor emosional. Dalam situasi yang melibatkan emosi, penghayatan akan pengalaman akan lebih mendalam dan lebih lama berbekas.
2.2  Kebudayaan.
B.F. Skinner (dalam, Azwar 2005) menekankan pengaruh lingkungan (termasuk kebudayaan) dalam membentuk kepribadian seseorang. Kepribadian tidak lain daripada pola perilaku yang konsisten yang menggambarkan sejarah reinforcement (penguatan, ganjaran) yang dimiliki. Pola reinforcement dari masyarakat untuk sikap dan perilaku tersebut, bukan untuk sikap dan perilaku yang lain.
2.3 Orang lain yang dianggap penting
Pada umumnya, individu bersikap konformis atau searah dengan sikap orang orang yang dianggapnya penting. Kecenderungan ini antara lain dimotivasi oleh keinginan untuk berafiliasi dan keinginan untuk menghindari konflik dengan orang yang dianggap penting tersebut.
2.4 Media massa.
Sebagai sarana komunikasi, berbagai media massa seperti televisi, radio, mempunyai pengaruh besar dalam pembentukan opini kepercayaan orang. Adanya informasi baru mengenai sesuatu hal memberikan landasan kognitif baru bagi terbentuknya sikap terhadap hal tersebut. Pesan-pesan sugestif yang dibawa informasi tersebut, apabila cukup kuat, akan memberi dasar afektif dalam mempersepsikan dan menilai sesuatu hal sehingga terbentuklah arah sikap tertentu.


2.5 Institusi Pendidikan dan Agama.
Sebagai suatu sistem, institusi pendidikan dan agama mempunyai pengaruh kuat dalam pembentukan sikap dikarenakan keduanya meletakkan dasar pengertian dan konsep moral dalam diri individu. Pemahaman akan baik dan buruk, garis pemisah antara sesuatu yang boleh dan tidak boleh dilakukan, diperoleh dari pendidikan dan dari pusat keagamaan serta ajaran-ajarannya.
2.6 Faktor emosi dalam diri.
Tidak semua bentuk sikap ditentukan oleh situasi lingkungan dan pengalaman pribadi seseorang. Kadang-kadang, suatu bentuk sikap merupakan pernyataan yang didasari oleh emosi yang berfungsi sebagai semacam penyaluran frustasi atau pengalihan bentuk mekanisme pertahanan ego. Sikap demikian bersifat sementara dan segera berlalu begitu frustasi telah hilang akan tetapi dapat pula merupakan sikap yang lebih persisten dan lebih tahan lama. contohnya bentuk sikap yang didasari oleh faktor emosional adalah prasangka.



2.3    Pengertian fraktur tulang
Pengertian fraktur  adalah suatu diskontinuitas susunan tulang yang disebabkan karena trauma atau keadaan patologis, suatu patahan pada kontinuitas struktur tulang.
Cruris berasal dari bahasa latin crus atau cruca yang berarti tungkai bawahyang terdiri dari tulang tibia dan fibula(Ahmad Ramali, 1987). 1/3 distal adalahsuatu benda yang dibagi menjadi tiga dan diambil bagian yang paling bawah.
Adapun permasalahan yang akan timbul baik kapasitas fisik berupa:adanya nyeri pada tungkai kanan, adanya odem pada ankle kanan, penurunanlingkup gerak sendi, penurunan kekuatan otot tungkai kiri serta masalahkemampuan fungsional. Untuk mengetahui seberapa besar permasalahan yangtimbul perlu dilakukan pemeriksaan, misalnya untuk nyeri dengan VDS, oedemdengan antropometri, penurunan lingkup gerak sendi dengan goneometer,kekuatan otot dengan MMT dan pemeriksaan kemampuan fungsional denganindeks barthel. Dalam mengatasi permasalahan tersebut modalitas terapi latihandapat diperoleh adanya pengurangan nyeri, peningkatan lingkup gerak sendi,penurunan oedem, peningkatan kekuatan otot serta berkurangnya gangguan untuk aktivitas fungsional.
Fraktur atau patah tulang adalah keadaan dimana hubungan atau kesatuan jaringan tulang terputus. Tulang mempunyai daya lentur (elastisitas) dengan kekuatan yang memadai, apabila trauma melebihi dari daya lentur tersebut maka terjadi fraktur (patah tulang). Penyebab terjadinya fraktur adalah trauma, stres kronis dan berulang maupun pelunakan tulang yang abnormal. Fraktur adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang yang umumnya disebabkan oleh rudapaksa  menurut Linda Juall C (1999) Fraktur adalah rusaknya kontinuitas tulang yang disebabkan tekanan eksternal yang dating lebih besar dari yang dapatdiserap oleh tulang.
Patah tulang merupakan suatu kondisi di mana tulang mengalami keretakan. Umumnya disertai dengan cedera pada jaringan di sekitarnya. Patah tulang disebut juga fraktur yang biasanya terjadi akibat terjadinya cedera, seperti kecelakaan, jatuh, atau cedera olah raga.
Sebuah studi menyebutkan bahwa 10% kasus patah tulang belakang terjadi pada segmen thorakal, 4% pada segmen thorako-lumbal, dan 3% pada lumbal yang disertai dengan kerusakan neurologis. Tingkat insiden medulla spinalis di Amerika Serikat diperkirakan mencapai lebih kurang 30 hingga 32 kasus setiap satu juta penduduk atau 3000 hingga 9000 kasus baru tiap tahunnya. Ini tidak termasuk orang yang meninggal dalam 24 jam setelah cedera. Prevalensi diperkirakan mencapai 700 hingga 900 kasus tiap satu juta penduduk (200.000hingga 250.000 orang).
Enam puluh persen yang cedera berusia antara 16 sampai 30 tahun dan 80% berusia antara 16 sampai 45 tahun. Laki-laki mengalami cedera empat kali lebih banyak daripada perempuan. Faktor etiologi yang paling sering adalah kecelakaan kendaraan bermotor (45%), terjatuh (21,5%), luka tembak atau kekerasan (15,4%), dan kecelakaan olah raga, biasanya menyelam (13,4%). Lebih kurang 53% dari cedera itu adalah kuadriplegi. Tingkat neurologi yang paling sering adalah C4, C5, dan C6 pada spina servikalis, dan T- 12 atau L-1 pada sambungan torakolumbalis. (Ardiatmi, 2008,)

2.4     Penyebab Fraktur Tulang
Sebagian besar patah tulang merupakan akibat dari cedera, seperti kecelakan mobil, olah raga atau karena jatuh. Patah tulang terjadi jika tenaga yang melawan tulang lebih besar daripada kekuatan tulang.

2.5   Gejala fraktur tulang
Rasa nyeri biasanya merupakan gejala yang sangat nyata.
Nyeri bisa sangat hebat dan biasanya makin lama makin memburuk, apalagi jika tulang yang terkena digerakkan. Menyentuh daerah di sekitar patah tulang juga bisa menimbulkan nyeri.
Alat gerak tidak dapat berfungsi sebagaimana mestinya, sehingga penderita tidak dapat menggerakkan lengannya, berdiri diatas satu tungkai atau menggenggam dengan tangannya.
Darah bisa merembes dari tulang yang patah (kadang dalam jumlah yang cukup banyak) dan masuk kedalam jaringan di sekitarnya atau keluar dari luka akibat cedera.


2.6     Diagnosa fraktur tulang
Foto rontgen biasanya bisa menunjukkan adanya patah tulang.Kadang perlu dilakukan CT scan atau MRI untuk bisa melihat dengan lebih jelas daerah yang mengalami kerusakan.Jika tulang mulai membaik, foto rontgen juga digunakan untuk memantau penyembuhan.

2.7  Etiologi
Menurut Apley dan Salomon (1995), tulang bersifat relative rapuh namun cukup mempunyai kekuatan gaya pegas untuk menahan tekanan. Fraktur dapat disebabkan oleh Cedera dan benturan seperti pukulan langsung, gaya meremuk, gerakan puntir mendadak, kontraksi otot ekstrim. Letih karena otot tidak dapat mengabsorbsi energi seperti berjalan kaki terlalu jauh. Kelemahan tulang akibat penyakit kanker atau osteoporosis pada fraktur patologis.

2.8   Patofisiologis
8.1  Fraktur komplit adalah patah pada seluruh garis tengah
tulang dan biasanya mengalami pergeseran
8.2  Fraktur inkomplit, patah hanya terjadi pada sebagian dari
garis tengah tulang.
8.3  Fraktur tertutup (fraktur simple), tidak menyebabkan robekan kulit.
8.4  Fraktur terbuka (fraktur komplikata/kompleks), merupakan fraktur dengan luka pada kulit atau membrana mukosa sampai ke patahan tulang.
2.9     Manifestasi klinis
Nyeri terus menerus dan bertambah beratnya sampai fragmen tulang   diimobilisasi. Spasme otot yang menyertai fraktur merupakan bentuk bidai alamiah yang dirancang untuk meminimalkan gerakan antar fragmen tulang.
Deformitas dapat disebabkan pergeseran fragmen pada fraktur lengan dan eksremitas. Deformitas dapat di ketahui dengan membandingkan dengan ekstremitas normal. Ekstremitas tidak dapat berfungsi dengan baik karena fungsi  normal otot bergantung pada integritas tulang tempat melengketnya obat.
Pemendekan tulang, karena kontraksi otot yang melekat diatas dan dibawah  tempat fraktur. Fragmen sering saling melingkupi satu sama lain sampai 2,5 sampai 5,5 cm.
Krepitasi yaitu pada saat ekstremitas diperiksa dengan tangan, teraba adanya derik tulang. Krepitasi yang teraba akibat gesekan antar fragmen satu dengan lainnya. Pembengkakan dan perubahan warna lokal pada kulit terjadi akibat trauma dan perdarahan yang mengikuti fraktur. Tanda ini baru terjadi setelah beberapa jam atau beberapa hari setelah cedera.

2.10    Penyembuhan fraktur tulang
Bila sebuah tulang patah, maka jaringan lunak sekitarnya juga rusak, periosteum terpisah dari tulang dan terjadi perdarahan yang cukup berat. Bekuan darah terbentuk pada daerah tersebut. Bekuan akan membentuk jaringan granulasi, dimana sel-sel pembentuk tulang premitif (osteogenik) berdeferensiasi menjadi kondroblas dan osteoblas. Kondroblas akan mensekresi fosfat yang akan merangsang deposisi kalsium.
Terbentuk lapisan tebal (kalus disekitar lokasi fraktur. Lapisan ini terus menebal dan meluas, bertemu dengan lapian kalus dari fragmen yang satunya dan menyatu. Fusi dari kedua fragmen terus berlanjut dengan terbentuknya trabekula oleh osteoblas, yang melekat pada tulang dan meluas menyebrangi lokasi fraktur.
Persatuan (union) tulang provisional ini akan menjalani transformasi metaplastik untuk menjadi lebih kuat dan lebih terorganisasi. Kalus tulang akan mengalami re-modelling dimana osteoblas akan membentuk tulang baru sementara osteoklas akan menyingkirkan bagian yanng rusak sehingga akhirnya akan terbentuk tulang yang menyerupai keadaan tulang aslinya.


2.11    Pemeriksaan penunjang fraktrur
11.1 Laboratorium :
Pada fraktur test laboratorium yang perlu diketahui : Hb, hematokrit sering rendah akibat perdarahan, laju endap darah (LED) meningkat bila kerusakan jaringan lunak sangat luas. Pada masa penyembuhan Ca dan P meengikat di dalam darah.

11.2     Radiologi
X-Ray dapat dilihat gambaran fraktur, deformitas dan metalikment. Venogram/anterogram menggambarkan arus vascularisasi. CT scan untuk mendeteksi struktur fraktur yang kompleks.